Rabu, 16 Desember 2015

Tulisanku, Kerinduanku

Ku hidupkan dirimu dalam tulisanku. Itulah caraku merindukanmu ~

 HEALING - giclee art print illustration poster ( mending a broken heart ) ink drawing by Shira Sela via Etsy:

Kau. Bagian terbaik dari masa laluku. Bukan perkara yang mudah bagiku untuk memutuskan berpisah darimu. Merajut hati yang masih berserakan dilantai, memungut kenangan yang lumus tak terurus. 
Aku masih menaruhmu di pojok hatiku, agar cinta yang baru tak pernah tahu kalau sebelum dia singgah, ada kamu yang sebenarnya masih ku cinta. Aku lemah. Aku bukan perempuan yang pandai menyembunyikan kesedihanku. Aku memang tak mencintaimu dengan cara yang baik saat kau bersamaku, tapi percayalah aku tak pernah berbohong yang sebenarnya sering kau lakukan dan aku selalu saja sama. Berpura-pura tak pernah tahu kebohonganmu.
Aku seringkali menutupi perasaan sedihku, yang aku inginkan hanyalah kita. Kita sebagai pasangan yang seimbang. 
Aku hampir kehabisan tenaga untuk mencintaimu. Bagaimana caranya aku menguatkannya lagi juga masih jadi misteri. Yang aku percaya, kekuatan mencintai itu selalu dimiliki oleh seseorang yang berharap bahwa setelah patah hati selalu ada cinta yang lebih baik. 
Aku tahu sesekali kau bosan. Kau ingin mencari suasana yang baru, itulah sebabnya aku selalu berpura-pura tak pernah tahu kebohonganmu. Kalau saja kau mengerti rapuhnya hati seorang perempuan yang kau duakan cintanya, kalau saja aku menunjukkan padamu seperti apa bentuknya, mungkin kau akan merasa bersalah karena kau lahir dari seorang perempuan. Bahkan sakitnya melebihi sakit seorang ibu yang berjuang melahirkan anaknya.
Entah aku yang berjuang sendirian, atau memang kau yang memang sudah lelah. Kita tak lagi saling memandang ke arah yang sama. Kita tak lagi berjalan ke tujuan yang sama.
Mungkin kau tak sadar. Cinta memang tak memiliki kaki, ia tak bisa berlari. Tapi cinta pergi ketika Ia dikhianati.
Kau tak perlu merasa bersalah. Itulah pilihanmu. Meninggalkanku.
Tak perlu khawatir dengan hatiku yang berserakan, aku masih bisa memungutnya pelan-pelan. Aku juga sudah cukup dewasa untuk mengerti kalau yang sebenarnya perasaan kita telah sama-sama mati. Bedanya, aku tak ingin semuanya mati tanpa dikenang. Sedangkan kau memilih lari dari kenyataan yang buruk. Mengubur semuanya dalam hati terdalammu, seolah semua tak pernah terjadi di dunia yang menempatkan kita pada tanah yang sama namun dibatasi oleh prinsip kemanusiaan.
Aku rasa kita hanya menyia-nyiakan banyak waktu kita. Tapi apakah kau tahu, itulah waktu terbaik kita. Saat kita masih menjadi KITA.
Tuhan tak membuatnya secara kebetulan. Tuhan memberiku satu kekuatan, bahwa ada cinta yang sebenarnya tak harus kau miliki. Tak harus selalu menggandeng tangannya. Tak harus berjalan bersama. Ada cinta yang seharusnya kau biarkan pergi, bukan karena kau tak pantas memilikinya, bahwa darinya kau belajar tulus. Melepasnya. Membiarkannya tumbuh ditempat yang lebih baik, yang menyegarkan jiwa dan hatinya. 
Aku tak pernah menyesal pernah mencintaimu. Meski kau tak kembali. Setidaknya aku belajar berjuang. mengikhlaskan sesuatu yang benar saja tak bisa dipaksakan.
Bahwa kau dan aku memang harus menemukan cinta pada manusia yang lain. Yang membawamu pada arah dan tujuan yang sama.
Jika kau tak sanggup terbang, berjalanlah pelan. Berjalan pelan jauh lebih baik daripada terbang tanpa kerikil tajam yang menusuk kakimu. Lelah mengajarimu bahwa tempat terbaik harus kau lalui dengan jalan yang membuatmu berhati-hati mengambil langkah ketimbang tiba lebih awal tanpa kau tahu nikmatnya berjuang dari rasa sakit. :)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar